Tentang Mendendam dan Melepaskan

Hampir 13 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 21 April 2005, gue mengalami sebuah kejadian yang berdampak besar dalam hidup gue.

Seperti yang kita ketahui bersama, 21 April adalah hari Kartini. Siang itu sekolah dibubarkan lebih cepat. Gue lagi berjalan ke arah gerbang bareng sama 2 orang teman yang lain, hendak keluar dari sekolah. Tiba-tiba suara motor terdengar mendekat di belakang kami. Lalu terdengar suara orang jatuh dari motor. Gue dan teman-teman menoleh ke belakang dan menemukan seseorang yang tidak kita kenal sebelumnya. Barangkali kakak kelas. Kami waktu itu masih kelas 10 (1 SMA). Belakangan diketahui bahwa memang ternyata benar, dia merupakan kakak kelas.

“Woi bantuin, jangan diem aja”, kata orang yang jatuh tersebut. Setelah kami bantu, entah kenapa dia malah berperilaku aneh. Dia mulai mendekati dan berperilaku agresif, pura-pura merangkul gue sampai ke luar gerbang sekolah. Gue sebenarnya masih gak ngerti apa yang terjadi saat itu dan kenapa dia berperilaku seperti itu setelah ditolong. Yang gue tau, tiba-tiba tinjunya mendarat di kacamata kiri gue. Kacamata gue pecah dan pecahannya masuk ke mata kiri gue, tepat di bagian kornea.

Buat yang gak tau kornea, intinya kornea berfungsi sebagai lensa mata paling luar, salah satu fungsinya adalah memfokuskan cahaya yang masuk ke mata. Ketika korena terluka dengan skala yang cukup besar, seperti yang gue alami, bekas lukanya bisa mengganggu penglihatan. Yang terjadi pada gue, walaupun operasi untuk mengambil pecahan kacanya berlangsung mulus, bekas lukanya ternyata lumayan dalam dan, sebagai akibatnya, penglihatan gue terganggu secara permanen.

Ketika keluarga gue tau tentang hal ini, reaksi mereka berbeda-beda. Adik gue yang laki-laki naik darah, nyokap dan bokap gue kalut. Mau tau apa yang gue rasakan waktu itu? Entah. Yang gue tahu, gue gak bisa marah. Yang gue tahu, karena doa dari orang-orang terdekat, gue bisa tenang menghadapi semuanya. Bahkan saat nyokap gue menangis saat menjelang operasi, gue yang menenangkan dan bilang kalau semuanya akan baik-baik saja, masih ada mata kanan.

Gue bisa saja mengeluh sepanjang hidup gue mengenai mata kiri gue yang tidak bisa berfungsi secara normal lagi. Gue bisa aja memutuskan untuk mengutuk kakak kelas itu seumur hidup gue karena mengakibatkan hal itu terjadi dalam hidup gue. Bahkan gue bisa saja memutuskan untuk mengamuk dan murtad. Tuhan seperti apa yang membiarkan hal seburuk itu terjadi dalam hidup manusia?

Justru kalau diingat kembali, gue bersyukur untuk semuanya. Gue bersyukur karena dapat kesempatan diajar memandang hidup dari sudut pandang yang berbeda. Selalu ada alasan bagi kita untuk tidak puas akan hidup. Namun, gue belajar bahwa hidup itu tentang pilihan. Setiap hari gue memandang dunia dari dua sisi, mata kiri gue memberikan gambaran yang blurry (kurang jelas), dan mata kanan gue memberikan gambaran yang jelas. Setiap hari gue bisa memilih untuk meratapi pandangan yang kurang jelas, atau justru bersyukur akan mata kanan gue yang masih berfungsi dengan sangat baik. Kita bisa pilih, fokus pada hal yang negatif atau yang positif. Kita bisa pilih, mendendam atau mengampuni kesalahan orang lain. Kita juga bisa pilih, tetap percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita itu baik atau malah mengamuk dan murtad.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Perkataan itu meneguhkan gue dan membantu gue untuk terus percaya akan adanya hari depan yang penuh harapan, walaupun saat itu rasanya gue sangat sulit untuk melihatnya. Apa yang Tuhan kerjakan terkadang sangat sulit untuk dipahami. Namun, kala itu, gue memutuskan untuk tidak marah, gue memutuskan untuk berfokus pada hal yang baik, dan gue memutuskan melepaskan pengampunan. Sejak itu, hidup gue gak sama lagi.

Semoga pilihan-pilihan yang kita buat hari ini membawa damai dan membawa kita menuju ke hidup yang lebih baik.

2 pemikiran pada “Tentang Mendendam dan Melepaskan

Tinggalkan komentar