Pengalaman kacau Nadiem Makarim Saat Mejadi Bos Gojek. Baca di poin nomor 3.

Apa itu Kekacauan?

Dalam ilmu fisika, ada sebuah konsep menarik bernama derajat kekacauan. Ketika sebuah sistem tertutup dibiarkan begitu saja, secara natural sistem tersebut cenderung akan semakin kacau. Ibarat sebuah rumah, jika dibiarkan begitu saja, semakin lama maka rumah akan berdebu, genteng akan bocor, kabel listrik akan menjadi getas dan rentan kebakaran, serta rumput liar akan merajalela di halaman yang ditinggalkan begitu saja.

Secara alami, derajat kekacauan rumah cenderung akan semakin tinggi jika dibiarkan begitu saja. Untuk mempertahankan keteraturan pada rumah tersebut, diperlukan usaha yang terus-menerus. Lantai perlu rutin disapu dan dipel, genteng yang bocor perlu diperbaiki, kabel listrik perlu diganti, rumput di halaman perlu dipangkas.

Dengan menggunakan analogi yang sama, kita juga dapat memahami bahwa diperlukan usaha yang terus-menerus dalam mempertahankan keteraturan dalam sebuah organisasi. Semakin tinggi kekacauan yang terjadi dalam sebuah organisasi, maka semakin banyak usaha yang harus dikerahkan untuk menjaga keteraturan.

Mengapa Startup Cenderung Kacau?

Secara definisi, startup adalah perusahaan atau organisasi yang baru dibentuk dan beroperasi dalam lingkungan bisnis yang belum mapan atau memiliki potensi untuk tumbuh dengan cepat. Biasanya, startup berfokus pada pengembangan produk atau layanan baru yang inovatif dan memanfaatkan teknologi untuk menyediakan solusi yang lebih baik, lebih efisien, atau lebih murah bagi pasar yang ada atau yang baru.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan derajat kekacauan di startup cenderung lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang sudah lama berdiri:

  1. Proses yang berlangsung serba cepat

    Perusahaan rintisan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan yang telah lama berdiri yaitu kecepatan. Begitu strategi bisnis terbukti berhasil dalam skala kecil, hal yang selanjutnya dilaksanakan adalah replikasi strategi tersebut dalam skala yang lebih besar.

    Hal ini memang seringkali merupakan strategi bisnis yang dipilih. Kecepatan seringkali menjadi senjata utama bagi perusahaan rintisan untuk mengambil alih pasar dengan cepat. Ketika perusahaan yang lebih besar merespon, mereka akan bergerak dengan lamban sehingga mereka akan kehilangan pangsa pasar karena kalah cepat dari segi eksekusi ketimbang para perusahaan rintisan.

    Namun tentu tidak semua cocok bekerja di startup. Tidak semua orang bisa diajak berlari kencang. Dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat, ditambah struktur organisasi yang sangat ramping, jika hal ini tidak dapat diatur dengan baik, beban pekerjaan yang dipikul oleh karyawan dapat terasa sangat melelahkan sehingga menimbulkan kekacauan dalam organisasi.

    Selain itu, seringkali perekrutan karyawan baru juga berlangsung sangat cepat. Hal ini juga berpotensi menambah kekacauan karena bisa jadi orang-orang yang direkrut ternyata tidak kompeten. Butuh usaha ekstra untuk memastikan bahwa kecepatan proses tidak serta merta menurunkan kualitas dari orang-orang yang diterima bekerja.

    Setelah para karyawan masuk dalam pekerjaan sekalipun, masih banyak upaya yang harus dikerahkan supaya mereka bisa mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik. Berbagai program harus dikerahkan seperti mentoring, training, dan sebagainya sehingga para karyawan memahami jabatan dan tanggung jawab mereka, serta kultur dari perusahaan tersebut.
  2. Perusahaan masih mencari bentuk

    Perusahaan yang baru dirintis umumnya masih mencari bentuk. Masih banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh perushaan yang baru dirintis. Produk dan jasa seperti apa yang harus ditawarkan? Apa segmen pasar yang saat ini ditargetkan sudah merupakan target pasar yang tepat? Bagaimana supaya pelanggan baru terus berdatangan dan pelanggan lama tidak pergi ke tempat lain? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.

    Karena masih mencari bentuk yang tepat, tentunya tidak bijaksana kalau kita sudah menerapkan dokumentasi yang jelas, semua serba tertulis, ada standard operasional yang rapih dan teratur dalam mengeksekusi berbagai hal dalam perusahaan. Fokus utama yang harus diraih adalah mencari jawaban dari berbagai pertanyaan di atas.

    Bagaimana cara mencari jawabannya? Lewat eksperimentasi. Coba berbagai cara untuk cari tahu jawabannya, lalu kemudian evaluasi apakah cara yang kita coba sudah efektif atau belum. Kalau ternyata arah yang diambil oleh perusahaan salah, maka tentunya perubahan pada model bisnis yang digunakan harus dilakukan.

    Masih ingat dengan poin rekrutmen di atas? Kalau perusahaan harus mengubah arah bisnisnya dengan drastis, padahal perusahaan sudah melakukan rekrutmen besar-besaran, maka yang akan terjadi adalah pemecatan besar-besaran pula. Inilah yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak perusahaan rintisan melakukan pemecatan karyawan karena melakukan perubahan pada fokus bisnis.
  3. Disrupsi Pasar

    Pada dasarnya perusahaan rintisan berusaha menghadirkan disrupsi atau perubahan ke arah yang lebih baik.

    Untuk poin ini, mari kita belajar dari kisah Gojek. Menurut kisah Nadiem Makarim, sebelum kehadiran Gojek, pengemudi ojek biasanya menghabiskan 75% dari waktu mereka hanya untuk menunggu pesanan. Nadiem kemudian melihat permasalahan efisiensi waktu ini sebagai hal yang harus dipecahkan sehingga kemudian didirikanlah Gojek supaya orang yang mencari ojek bisa dengan mudah terhubung dengan pengemudi ojek. Sekarang pengemudi tidak lagi harus menunggu dengan mangkal dan ngobrol-ngobrol, tapi bisa menerima pesanan langsung lewat aplikasi.

    Gojek hadir untuk menghadirkan disrupsi atau perubahan supaya pekerjaan pengemudi ojek menjadi lebih efisien. Namun tentunya menghadirkan perubahan bukanlah hal yang mudah.

    Kalau kita pelajari, di awal kehadirannya, Gojek ditolak oleh banyak sekali pengemudi ojek. Para pengemudi yang sudah biasa mendapatkan penumpang lewat mangkal, sekarang tiba-tiba kehilangan pelanggan karena pelanggannya sekarang lebih nyaman memesan langsung lewat aplikasi, pengemudi ojek langsung tiba di depan rumahnya. Hal ini tentu kontras dengan keadaan yang sebelumnya mereka mungkin harus berpanas-panasan datang ke pangkalan.

    Penolakan keras yang dilakukan oleh para ojek pangkalan yang menolak bergabung dengan Gojek bahkan sampai mengarah kepada kekerasan. Pemukulan pada pengemudi Gojek, demonstrasi di jalanan, dan sebagainya. Kacau sekali keadaannya saat itu.

    Perubahan memang selalu menjadi hal yang tidak enak. Padahal, perusahaan rintisan tentu saja selalu berusaha menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik. Sehingga tidak heran, kalau kekacauan karena disrupsi tentu saja akan hadir dalam perjalanan perusahaan.

Tinggalkan komentar